Coppas : 😊
Ada bahasan menarik dari pakar perencanaan keuangan Syar’i, Mas Ahmad Gozali di twitter beliau. Saya coba kumpulkan menjadi satu halaman disini, semoga bermanfaat. (Copas)
*****
Oke kita mulai Aisyah & Maisyah ya….
Aisyah adalah istri Rasulullah SAW yang paling sering dibahas dalam sejarah. Aisyah adalah ikon istri idaman para lelaki bujangan.
Maisyah artinya sumber nafkah… api pembakar tungku di dapur, bensin penggerak mesin rumah tangga, perannya kecil tapi penting.
Aisyah & Maisyah adalah 2 hal yang menjadi faktor tarik-ulur para pemuda di penghujung masa lajangnya…
“Aisyah sih sudah ada, tapi maisyahnya belum siap.” Begitu kilah para pemuda ketika ditanya oleh Ustadznya untuk segera menikah…
Maka setelah lulus kuliah, para pemudi sudah pasang sign “Yes, I’m ready…!” Tapi sayang, para pemuda masih duduk bimbang di pojok mesjid.
Pemuda jomblo: “cari Aisyah dulu apa maisyah dulu ya… pusing ah.”
Coba perhatikan perbincangan di kalangan jomblo saat menghadiri akad nikah atau resepsi pernikahan. Pemuda & Pemudi beda bahasannya.
Para pemudi colek pengantin, tanya bagaimana perasaannya, kenal dimana, dll | Pemuda colek pengantin & tanya “abis biaya berapa lu?”
Disinilah para pemuda harus diluruskan pemahamannya.Mereka menunda menikah hanya dengan alasan belum ada biaya untuk resepsi yang mahal.
Wahai para pemuda,ketahuilah… semahal2 biaya resepsi, masih bisa nego, masih bisa juga patungan…
Tapi semurah-murahnya biaya hidup setelah menikah, itu tanggungjawabmu sendiri sebagai suami….!
Saya ulangi: “Semahal apapun biaya resepsi, bisa nego & patungan. Tapi semurah apapun biaya hidup, harus dari kantong sendiri”
Maka benahi prioritasmu… mengusahakan maisyah BUKAN untuk biaya resepsi, tapi untuk biaya hidup MANDIRI sesudah menikah.
Jadi klo nabung abis2an buat pesta besar, lalu setelah itu numpang sama mertua, itu namanya TER…LA…LU…!!!
Tunda pernikahan dengan alasan belum punya dana buat resepsi, tapi malah ngabisin duit buat pacaran sana sini, itu namanya TER…LA…LU…
Tapi bagaimana kalau emang buat biaya hidup saja sepertinya belum cukup…? Silakan baca QS.24:32
"Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui.“ (QS.24:32)
HANYA dengan menikah saja, Allah berikan rezeki… apalagi kalau setelah menikah menjadi tambah tanggungjawab, tambah semangat berusaha.
Tapi gimana klo camer yang minta pesta pernikahan seperti ini itu..? | Statusnya masih camer kan? Klo gak sanggup, berarti gak jodoh! Simple!
Lulus kuliah alasannya belum kerja. Sudah kerja alasannya belum karyawan tetap. Sudah diangkat, ada lagi alasannya ini itu….
Nunggu mapan baru nikah? Apa Nikah agar menjadi mapan?
Belum punya rumah, belum punya kendaraan, belum punya gaji tinggi … Itu cuma alasan. Yg benar adalah belum punya NYALI.
Kalau Anda menunggu mapan, agar bisa menarik hati wanita agar mau dinikahi… Kira2 apa ya alasannya dia mau?
Istilah Sakinah-Mawaddah-Warahmah: Damai-Cinta-Kasih…. ini adalah tangga urutan tiada Kasih tanpa Cinta, & tiada Cinta tanpa Damai.
Sakinah-Mawaddah Warahmah itu hadir setelah menikah. Sakinah itu artinya damai, tenang, mapan. Artinya mapan baru hadir setelah menikah.
Oke, Bab-1 selesai ya.Mantapkan niat, ubah prioritas keuangan…. untuk hidup setelah menikah, bukan untuk resepsi mewah.
“Maisyah udah ada, tapi Aisyah belum ketemu.” Itu juga alasan. Yang benar adalah belum ketemu NYALI untuk nyari Aisyah".
Untuk para pemuda, jangan tunggu mapan. Yang penting BERPENGHASILAN, sanggup bertanggungjawab menafkahi istri.
Untuk para pemudi, jangan tunggu pemuda tampan berkuda putih menjemputmu. Siapkan diri juga secara finansial. Siap start dari NOL.
Oke, niat sudah mantap. Aisyah sudah siap. Maisyah sedang dijemput.
Lanjut Bab-2 tentang Taaruf & Seleksi (tetep dari kacamata keuangan ya….)
Boleh gak sih pertimbangkan HARTA dari calon suami/istri? Boleh aja, tapi jangan jadikan sebagai pertimbangan utama ya.
Ingat rumus: Agama=1, Fisik=0, Keturunan=0, Harta=0, dan lain-lain nilainya 0 juga. Coba urutkan krit[dipotong oleh WhatsApp]
Coba kriterianya diubah… Agamanya OK+Cantik/Ganteng+Pinter+Keturunan Baik2+Kaya Raya, nilainya 10000… Makin banyak 0 makin bagus!
Oke dilanjut…. Seleksi sudah clear ya… pake rumus 1+0+0+0……. Sekarang kita bahas ta'aruf alias “perkenalan”.
Ingat pepatah bilang.. “Tak kenal, maka ta’aruf”…. ini menjadi tahap yang penting juga lho.
Apa yang perlu dikenal dari calon pasangan? intinya sih penghasilan, gaya hidup, hutang,…. Tapi bagaimana cara tanya yang elegan?
Banyak pemudi yang ragu klo harus tanya “emang gajimu berapa?” tak sedikit pula pemuda yang gak mau terbuka kecuali ditanya.
Prtanyaan Cewe matre kyk gini: “mo ngasi makan apa lo berani ngelamar?” | Tp klo cewe solehah bgni: “jelaskan, bagaimana caramu membawa makanan halal dalam rumah kita?”
Luruskan niat, tanya penghasilan bukan karena matre. Tapi minta kepastian bahwa hanya lelaki bertanggungjawab yang boleh menikahimu.
Luruskan niat, cerita tentang maisyah bukan karena sombong…. tapi meyakinkan calonmu bahwa hanya harta halal yg akan dibawa pulang ke rumah.
“Malu mau jujur kasih tau, gajiku kan kecil, nanti ditolak….” Ada yg beralasan begini?
Jika Anda ditolak karena dianggap penghasilannya kecil. berBAHAGIAlah…. karena Anda telah diselamatkan dari bahaya yang sangat besar.
Bayangkan seperti apa jadinya rumah tangga jika Anda mengaku berpenghasilan besar agar diterima mertua. Sungguh bahaya yang sangat besar menanti ddpn jk dmikian.
Jangan bandingkan fasilitas calon suami (yang baru berapa tahun/bulan kerja) dengan fasilitas ortu di rumah (yang sudah puluhan tahun).
Maka wajar klo harus ngontrak di rumah dalam gang becek gak ada ojek. Start bersama dari 0 itu lebih nikmat, jadi kenangan ampe tua.
JANGAN NILAI CALONMU DARI PENGHASILANNYA SEKARANG. TAPI NILAILAH IA DARI POTENSINYA DI MASA YANG AKAN DATANG.
(kata istri saya tuh.. ihik)
Menunda pernikahan karena masalah keuangan, akan membuat Anda terjerumus pada masalah keuangan yang lebih besar di masa depan.
Masuk usia pensiun, anak msh belum lepas nafkah. Melahirkan anak di usia >35thn berisiko tinggi. Asuransi jadi lebih mahal. Dll.
Materi ini diambil dari buku “Aisyah & Maisyah: Persiapan Keuangan Menuju Pelaminan” terbitan GIP.

0 Comments

Mari komentar dan berdiskusi...