Inu cerita yang pernah saya share di Facebook, karena kalo di Facebook agak sudah mencarinya, jadi saya tuliskan disini saja.
Pesannya bagus, silahkan dibaca.
Pesannya bagus, silahkan dibaca.
"Apa kamu udah shalat Ashar, istriku?" Tanya sang suami.
"Belum" Jawab istrinya.
"Kenapa?"
"Aku baru pulang kerja. Capek banget. Aku tadi tidur sebentar."
"Oke. Kalau begitu, sekarang wudhu terus shalat ya. Sebelum datang waktu maghrib."
"Belum" Jawab istrinya.
"Kenapa?"
"Aku baru pulang kerja. Capek banget. Aku tadi tidur sebentar."
"Oke. Kalau begitu, sekarang wudhu terus shalat ya. Sebelum datang waktu maghrib."
Di hari selanjutnya, sang suami pergi ke luar kota untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Setibanya di tempat tujuan, ia tidak mengabarkan istrinya bahwa ia telah tiba dengan selamat tepat waktu.
Karena itu, sang istri begitu khawatir dan cemas. Ini kali pertama suaminya itu tak memberi kabar. Tak seperti biasa.
Adakah yang terjadi di perjalanan? Atau suaminya tak lagi peduli? Atau ia sedang jalan dengan mawar lain yang lebih harum dan jelita?
Ia putuskan untuk menghubungi suaminya agar hatinya tenang dan memastikan bahwa suaminya tiba dengan selamat.
Tak ada jawaban. Dia mengulang-ulang panggilan. Tetap tak ada jawaban. Semakin ia gelisah. Semakin ia gundah.
Berjam-jam menunggu. Akhirnya sang suami menghubunginya.
"Hei, apa kamu sudah tiba dengan selamat, suamiku?" Ia segera bertanya setelah teleponnya berdering.
"Hei, apa kamu sudah tiba dengan selamat, suamiku?" Ia segera bertanya setelah teleponnya berdering.
"Iya. Aku telah tiba dengan selamat. Alhmdulillah."
"Tadi tiba jam berapa?"
"Kira-kira 4 jam yang lalu."
"Empat jam yang lalu? Terus kenapa tidak hubungi?" Tanya istri dengan nada marah.
"Tadi aku capek banget. Aku tidur sebentar."
"Tak adakah waktu walau barang sedetik saja engkau ajak aku bicara? Apa kau tak dengar handphone berdering ketika kuhubungi?"
"Aku dengar kok."
"Terus kenapa tidak diangkat? Apa tak peduli lagi denganku?"
"Tentu saja aku peduli. Kemarin, engkau juga tak peduli dengan suara adzan, panggilan Allah."
"Tadi tiba jam berapa?"
"Kira-kira 4 jam yang lalu."
"Empat jam yang lalu? Terus kenapa tidak hubungi?" Tanya istri dengan nada marah.
"Tadi aku capek banget. Aku tidur sebentar."
"Tak adakah waktu walau barang sedetik saja engkau ajak aku bicara? Apa kau tak dengar handphone berdering ketika kuhubungi?"
"Aku dengar kok."
"Terus kenapa tidak diangkat? Apa tak peduli lagi denganku?"
"Tentu saja aku peduli. Kemarin, engkau juga tak peduli dengan suara adzan, panggilan Allah."
Sang istri pun terdiam. Kalimat itu mengena di hati. Tiba-tiba air matanya kini berbicara.
"Iya. Maafkan aku. Engkau benar."
"Bukan kepadaku. Mintalah ampun kepada Allah. Jangan diulangi lagi ya. Aku tak inginkan apapun kecuali kebersamaan kita di surga sambil menatap wajah Allah yang Mulia."
"Iya. Maafkan aku. Engkau benar."
"Bukan kepadaku. Mintalah ampun kepada Allah. Jangan diulangi lagi ya. Aku tak inginkan apapun kecuali kebersamaan kita di surga sambil menatap wajah Allah yang Mulia."
Hatinya pun meleleh mendengar ungkapan sang suami. Hari-hari berlalu dan sang istri pun tak pernah meninggalkan kewajibannya.
----
(209) Diterjemahkan dan diadaptasi dari page Khash li al-Mutazawwijin.
----
(209) Diterjemahkan dan diadaptasi dari page Khash li al-Mutazawwijin.
(Sumber fb)
0 Comments
Mari komentar dan berdiskusi...